Budaya Lokal di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Penajam Paser Utara di Era IKN

Budaya Lokal di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Penajam Paser Utara di Era IKN
Kepala Disbudpar PPU, Andi Israwati Latief

PENAJAM,Panrita Post – Transformasi Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sebagai bagian dari Ibukota Nusantara (IKN) diyakini akan membawa perubahan besar terhadap budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat. Meski dinilai sebagai peluang, perubahan ini juga memunculkan tantangan dalam mempertahankan identitas budaya yang telah mengakar selama berabad-abad.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) PPU, Andi Israwati Latif, mengungkapkan bahwa kehadiran IKN akan memberikan dampak yang tak terhindarkan terhadap budaya lokal. Namun, ia menegaskan bahwa perubahan ini harus disikapi sebagai kesempatan untuk lebih memperkenalkan kekayaan budaya daerah ke tingkat nasional dan internasional.

“Kita tidak bisa menghindari perubahan, tetapi justru ini bisa menjadi peluang bagi kita untuk lebih mempromosikan budaya dan pariwisata yang kita miliki,” ungkapnya.

PPU merupakan rumah bagi beragam suku dan budaya, mulai dari masyarakat asli Kalimantan seperti Paser, Banjar, Kutai, dan Dayak, hingga pendatang seperti Jawa, Bugis, Batak, dan lainnya. Dengan masuknya arus migrasi besar-besaran seiring pembangunan IKN, keberagaman ini akan semakin bertambah dan menuntut strategi adaptasi yang lebih kuat dalam menjaga kearifan lokal.

Menurut Andi Israwati, Disbudpar telah menyiapkan berbagai langkah strategis untuk memastikan budaya lokal tetap eksis di tengah modernisasi. Salah satu upaya utama adalah menanamkan kecintaan terhadap budaya sejak usia dini melalui kegiatan seni dan festival budaya yang melibatkan pelajar dari tingkat Sekolah Dasar hingga SMA.

“Dalam waktu dekat, kami akan menyelenggarakan pergelaran seni dan budaya dalam kegiatan Pentas Seni sebagai bentuk nyata dari pelestarian budaya daerah,” jelasnya.

Namun, tantangan besar tetap ada. Arus modernisasi dan urbanisasi berpotensi menggeser nilai-nilai budaya lokal jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang tepat. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah, masyarakat adat, serta pelaku seni dan budaya menjadi kunci utama dalam menghadapi era baru ini.

Dengan kesiapan dan komitmen yang kuat, PPU tak hanya akan menjadi pusat pemerintahan baru Indonesia, tetapi juga simbol keberagaman budaya yang tetap lestari di tengah perkembangan zaman.(adv/amr)