Warga Saloloang Tegaskan Galian Pasir Bukan untuk Proyek dan Tidak Diperjualbelikan

Warga Saloloang Tegaskan Galian Pasir Bukan untuk Proyek dan Tidak Diperjualbelikan
Foto: Warga Saloloang Gotong Royong Melakukan Penimbunan Akses Keluar Masuk Rumah Warga Pasca Pengerjaan Jalan. (Dok. Redaksi)

PENAJAM,Panrita Post – Polemik aktivitas galian pasir di kawasan pesisir Pantai Tanjung Jumlai yang sebelumnya dikaitkan dengan proyek pengerjaan jalan di wilayah Saloloang mendapat klarifikasi tegas dari warga setempat.

Warga membantah keras tudingan tersebut dan menilai pemberitaan sebelumnya tidak melalui proses konfirmasi yang utuh.

Hasan, salah satu warga Saloloang, menegaskan bahwa penggalian pasir yang dilakukan di kawasan pantai sama sekali tidak berkaitan dengan proyek semenisasi jalan di sepanjang pesisir, khususnya di wilayah Saloloang.

Ia menekankan bahwa pasir tersebut tidak digunakan untuk kepentingan proyek dan juga tidak diperjualbelikan.

“Pasir itu tidak dijual. Dari zaman nenek moyang kami, kalau mau menimbun jalan yang bolong atau akses rumah, ya pakai pasir pantai. Ini sudah menjadi kebiasaan warga sejak dulu,” tegas Hasan.

Ia menjelaskan, penggalian pasir dilakukan atas permintaan warga setempat untuk kebutuhan menimbun halaman dan akses masuk rumah masing-masing.

Hal itu dilakukan pasca pengerjaan jalan, di mana posisi badan jalan menjadi lebih tinggi dibandingkan jalan masuk ke rumah warga, sehingga menyulitkan kendaraan keluar masuk.

“Kalau tidak ditimbun, motor dan mobil warga susah lewat. Jadi ini murni kebutuhan warga, bukan proyek,” jelasnya.

Terkait penggunaan alat berat berupa ekskavator yang sempat menimbulkan asumsi adanya keterkaitan dengan proyek, Hasan menerangkan bahwa awalnya warga menggali pasir secara manual.

Namun karena keterbatasan tenaga dan kemampuan, warga kemudian berinisiatif meminta bantuan alat berat milik Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang kebetulan berada di sekitar lokasi untuk mengerjakan proyek lain.

“Alat berat itu hanya diminta bantuan karena sedang berada di sekitar lokasi. Tidak ada sangkut pautnya dengan proyek jalan di Saloloang,” ujarnya.

Hasan juga menyayangkan adanya pemberitaan yang dinilai melebih-lebihkan persoalan hingga memunculkan kekhawatiran soal kerusakan lingkungan dan abrasi, tanpa mendengar penjelasan langsung dari warga yang terlibat.

“Kami merasa dirugikan karena tidak ada konfirmasi atau klarifikasi sebelumnya. Saya harap ke depan, penyebaran informasi harus lebih jeli, budayakan konfirmasi dulu, jangan asal menerbitkan berita,” pungkasnya.

Melalui klarifikasi ini, warga berharap informasi yang beredar di masyarakat dapat diluruskan dan polemik yang berkembang tidak lagi menimbulkan kesalahpahaman terhadap aktivitas warga yang dilakukan semata-mata untuk kebutuhan sehari-hari, bukan kepentingan proyek maupun komersial./red*