Festival Adat Nondoi 2025 Tetap Digelar, Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Makna Budaya

Festival Adat Nondoi 2025 Tetap Digelar, Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Makna Budaya
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar PPU, Christian Nur

PENAJAM,Panrita Post – Festival adat Nondoi, sebuah tradisi budaya ikonik Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), dipastikan tetap berlangsung pada 25 Oktober 2025. Meski menghadapi tantangan efisiensi anggaran daerah, pelaksanaan festival ini tetap mengutamakan esensi budaya yang telah menjadi warisan turun-temurun masyarakat suku Paser.

Christian Nur Selamat, Kepala Bidang Kebudayaan dan Produk Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) PPU, menjelaskan bahwa keterbatasan dana memengaruhi skala dan kemeriahan acara tahun ini. Namun, pihaknya memastikan bahwa nilai budaya dan substansi ritual tetap terjaga.

“Kami memang harus beradaptasi dengan situasi anggaran yang ada. Meskipun lebih sederhana, makna budaya yang terkandung dalam Festival Nondoi tidak akan berkurang,” ujar Christian, Kamis (15/5/2025).

Dari Tradisi Kampung hingga Agenda Nasional

Festival Nondoi awalnya merupakan tradisi skala kampung sebagai bentuk syukur dan ritual bersih kampung. Kini, festival tersebut telah menjadi agenda tahunan tingkat kabupaten yang diakui secara nasional melalui Karisma Event Nusantara (KEN), program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dengan status ini, tanggal pelaksanaan festival telah ditetapkan rutin pada 25 Oktober setiap tahun.

Christian menegaskan bahwa festival tahun ini tetap melibatkan berbagai elemen budaya, menjadikannya acara inklusif yang mencerminkan keberagaman masyarakat PPU. Tidak hanya masyarakat suku Paser, suku-suku lain yang hidup berdampingan di wilayah ini juga turut ambil bagian.

“Pelibatan berbagai elemen adalah langkah penting untuk memperkuat kesadaran bersama tentang pelestarian budaya, meski dilakukan dengan cara yang lebih efisien,” jelasnya.

Pelestarian Nilai Tradisi di Tengah Tantangan

Dalam upayanya menjaga tradisi, Festival Nondoi tidak hanya berfungsi sebagai hiburan atau atraksi wisata, tetapi juga menjadi sarana memperkuat identitas lokal di tengah arus modernisasi. Meskipun tantangan anggaran ada, komitmen untuk mempertahankan nilai-nilai adat tetap menjadi prioritas.

Festival ini terus menjadi simbol kekayaan budaya PPU, mempererat persatuan di tengah keragaman masyarakat, sekaligus menarik perhatian wisatawan untuk mengenal lebih dekat tradisi unik suku Paser.

“Dengan segala keterbatasan, kami yakin Festival Nondoi akan tetap menjadi kebanggaan budaya daerah, memperkuat jati diri masyarakat, dan menjaga keberlanjutan tradisi yang telah ada sejak dahulu,” pungkas Christian.

Pelaksanaan festival ini diharapkan tetap memberikan dampak positif bagi pelestarian budaya lokal sekaligus menjadi salah satu daya tarik pariwisata yang mendukung perekonomian daerah.(adv/red)